Man Jadda Wajada

Kamis, 14 April 2016

Menjawab Komentar Tentang Hijabers


Duniaji ini weh, kau kayak bidadari nyasar saja pakai selendang di kepala!” Kalimat itulah yang pernah disodorkan kepada saya saat hendak menghadiri event komunitas yang saya geluti sejak 5 (lima) tahun terakhir, Komunitas Hijabers.

Bukan hanya saya, Sahabat-sahabat yang tergabung dalam komunitas ini sering mendapatkan komentar pedas seperti “Berapa banyak uang yang kamu habiskan untuk bergaya dengan hijabmu?” atau “Kamu berhijab, hatimu sudah berhijab belum?” Bahkan lebih parahnya lagi ada yang mendapatkan komentar “Orang seperti kalian, mending tidak usah berhijab. Lepas mi!” Tidak menutup kemungkinan hijabers di luar sana juga sering mendapatkan komentar yang hampir sama.

Beberapa tahun terakhir, komunitas ini telah menjadi topik perbincangan dari berbagai kalangan. Hijabers, kata yang dilekatkan pada kumpulan wanita yang memakai kerudung warna-warni, cantik, suka nongkrong, kaya dan sosialita. 

Hijabers adalah suatu komunitas yang sengaja dibentuk sebagai wadah silaturrohim untuk para wanita berhijab. Kata Hijabers sendiri berasal dari bahasa Arab “hijab” yang berarti "penghalang". Di beberapa negara  Arab dan negara Barat, kata "hijab" lebih sering merujuk kepada kerudung yang digunakan oleh wanita muslim. Kata hijab selanjutnya ditambahkan akhiran "er" yang dalam bahasa Inggris dapat berarti sebagai pelaku atau orang yang melakukan.  Hijaber diberi lagi akhiran “s” yang mengartikan pelakunya lebih dari satu orang. Jadi, hijabers bisa diartikan sebagai para pengguna hijab atau orang-orang yang berhijab. 

Dian Pelangi, Jenehara, Ria Miranada & Lulu Elhasbu
Komunitas Hijabers terbentuk pada tahun 2010 di Jakarta yang bernama Hijabers Community atau yang lebih akrab dengan singkatannya HC. Penggiat komunitas ini memang pada awalnya adalah para model dan fashion designer muda Indonesia yang telah memutuskan untuk berhijab. Sebut saja Dian Pelangi, Jenehara, Ria Miranda, dan Lulu ElHasbu. Inilah yang melatarbelakangi sehingga para penggiat komunitas hijabers terlihat stylish meski memakai hijab atau menggunakan pakaian yang tertutup.

Salah satu tujuan komunitas ini terbentuk adalah ingin memperlihatkan kepada masyarakat bahwa memakai hijabpun bisa tampil trendy, hijab bukan menjadi alasan untuk tidak memadupadankan pakaian agar tetap mengikuti trend yang ada. Secara halus komunitas ini ingin membuktikan bahwa wanita berhijab juga bisa berpenampilan layaknya mereka yang tidak memakai hijab. Tujuan lain dari komunitas Hijabers adalah untuk menunjukkan bahwa berhijab tidak akan menghalangi kita untuk berprestasi dan berkarir. 

Pertanyaan yang sering muncul, “Apakah menjadi bagian dari hijabers harus memakai kain berwarn-warni, rempong, cantik dan kaya?” Jawabannya tidak! Saya buktinya. Saya bukan orang kaya, hijab yang saya kenakan tidak berwarna-warni, saya tidak merasa rempong, dan pakaian yang saya kenakan bukan pakaian mahal. Sahabat-sahabat yang tergabung dalam komunitas Hijaberspun demikian. Siapapun anda, bila berhijab, maka anda telah menjadi hijaber (orang yang berhijab). Hijabers cantik-cantik? Yah, karena hijablah yang membuat mereka terlihat cantik dan anggun.

Tidak jarang juga kita mendengar komentar, “hijab disusun-susun memakai puluhan jarum pentul, emang akupuntur?” Jangan salah, Hijabers mengenakan hijab dengan bentuk yang bervariasi, jika dilihat sepintas memang terlihat rumit. namun pada kenyataannya, Hijabers selalu berkreasi hijab dengan cara yang simple dan menggunakan sedikit jarum pentul bahkan tanpa menggunakan pentul sama sekali. Jika anda melihat wanita berhijab dengan model yang unik dan terjuntai menutupi dada, maka itulah style ala Hijabers yang sesungguhnya. Menggunakan puluhan pentul, mungkin yang dimaksud adalah model hijab pengantin muslimah. Perlu anda ketahui model hijab untuk pengantin ini sudah ada jauh sebelum hijabers hadir di Indonesia.

Pertanyaan selanjutnya, “Apa tujuan kreasi hijab ala Hijabers?” Tujuannya tidak lain adalah untuk membantu hijabers yang ingin menggunakan hijab yang simple dan terlihat berbeda dari biasanya. “Kenapa Hijabers selalu menggunakan aksesoris dan makeup yang berlebihan?” Hijabers dalam hal ini Komunitas Hijabers telah menganjurkan untuk menggunakan makeup dan memakai aksesoris di tempat-tempat tertentu. Tips makeup, pemilihan aksesoris sampai pada pemilihan jenis serta warna kain dari para penggiat komunitas Hijabers sudah bisa anda temukan bila berseluncur di internet.

Sayangnya, banyak hijaber baru yang menggunakan makeup dan aksesoris berlebihan serta memadupadankan warna-warna mencolok yang bukan pada tempatnya. Imbasnya tentu komentar pedas kembali dilontarkan pada komunitas Hijabers. 

Ada juga yang berkomentar, “Berhijab adalah perintah agama, mengapa dikaitkan dengan fashion?” Hijabers memang sedikit memberikan sentuhan fashion dalam berbusana. Sebenarnya sentuhan fashion ini merupakan salah satu strategi yang ditujukan untuk para remaja yang belum berhijab. Hijabers berkarya untuk memerangi trend terbaru dari luar yang mulai ditiru oleh remaja-remaja masa kini. Hijabers ingin menunjukkan bahwa dengan behijab dan tertutup andapun dapat terlihat trendy tanpa harus mengikuti gaya sang idola yang cenderung terbuka, tentunya dibarengi dengan pemahaman agama, sehingga tidak ada lagi alasan bagi para wanita untuk tidak berhijab.

Koleksi hijab dan abayya by Dolce & Gabbana
Strategi inipun dilirik oleh para profesional fashion designer dan brand ternama dari dalam negeri bahkan sampai mancanegara. Sebut saja Stefano Gabbana, fashion designer brand “Dolce & Gabbana” dari Italia yang mengeluarkan koleksi hijab dan abayya pertamanya, pada Januari 2016 yang lalu. Tommy Hilfinger, Fashion Designer dari Amerika Serikat yang lebih dulu mengeluarkan koleksi pakaian tertutup dan dipasarkan untuk Ramadhan, pada Juni 2015 lalu, dan “Mango” Brand asal Barcelona yang mengaku mendapatkan banyak keuntungan dari penjualan koleksi Ramadan-nya.

Selain masyarakat yang latah menggunakan hijab, para designerpun mulai merancang busana terbaru ala Hijabers. Bila dulu pakaian untuk wanita berhijab hanyalah baju klasik berlengan panjang dipadukan dengan rok atau celana serta kerudung. Saat ini sangat mudah menemukn berbagai busana yang up to date, modis, dengan bermacam harga dari yang ekonomis hingga harga selangit. Inilah yang menjadi jawaban dari pertanyaan beberapa orang mengapa ada Fashion Show di Hijabers. Profesional fashion designer sebelum memasarkan produk terbarunya akan menggelar fashion show terlebih dahulu. Untuk lebih mempertegas bahwa karya tersebut untuk para hijaber, maka sang modelpun dipercantik dengan mengenakan hijab.

Komentar yang paling parah, “Orang seperti kalian, mending tidak usah berhijab. Lepas mi!” Biasanya kalimat ini muncul karena menilai banyak wanita berhijab namun masih berperilaku buruk. Berbicara mengenai hijab dan perilaku, menuai banyak pro dan kontra, hijab tidak bisa menjadi satu-satunya parameter seseorang bahwa dia akan benar-benar menutupi auratnya luar dan dalam. Dengan kata lain, hijab tidak bisa dijadikan alat ukur atau jaminan hijabers untuk tetap berperilaku sebagai muslimah yang seutuhnya. Merubah sikap apalagi karakter pada seseorang membutuhkan proses, tidak semudah mengubah penampilan.

Peggy Melati Sukma
Setiap hijaber memiliki alasan tersendiri menggunakan hijab. Namun di luar itu, patutnya kita menghargai keputusan yang telah mereka pilih untuk berpenampilan lebih tertutup. Demikian pula diungkapkan oleh seorang bintang sinentron sekaligus penyanyi, presenter, dan aktivis sosial di Indonesia yang juga telah memutuskan untuk berhijab, Paggy Melati Sukma dalam sebuah Talkshow di Makassar pada tahun 2014 lalu, Peggy berpesan kepada masyarakat untuk menghargai apapun alasan wanita yang telah memilih berhijab. Setiap orang memiliki cara dan pintu tersendiri untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik. 

Tidak bisa kita pungkiri, kehadiran Hijabers memang memberi harapan baru untuk wanita yang selama ini kurang percaya diri mengenakan hijab. Jika sebelumnya banyak yang beranggapan bahwa berhijab itu kuno dan tidak bisa berkarir tinggi, maka saat ini persepsi itu mesti dibuang jauh-jauh. Apapun yang dikatakan orang tentang hijabers, bagi segelintir orang, komunitas ini telah memiliki arti tersendiri. Saya salah satunya yang sempat memutuskan untuk berhijab saat duduk di bangku SMP. Bukannya mendapat pujian, justru mendapat banyak celaan, disebut pendek, ibu-ibu, kampungan bahkan teman-teman sekelas memberi julukan baru “Ninja Hatori.” Mendapat prestasi sebagai pringkat pertama selama 3 caturwulan (sekarang berubah menjadi semester) berturut-turut, ternyata tidak mampu membuat teman-teman menerima dan senang dengan penampilan saya yang tertutup. Akhirnya saya memutuskan untuk membuka hijab. Selama membuka hijab saya kembali menjadi diri sendiri, bergaul dengan banyak teman, dan berprestasi di kelas maupun di organisasi sekolah.  

Kehadiran komunitas Hijaberslah yang mengembalikan rasa percaya diri saya dalam berhijab. Sejak pertama bergabung, saya mendapatkan kesan yang sangat baik. Teman-teman yang ramah, saling mengingatkan waktu Shalat, tausyiah rutin dilanjutkan  mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an serta melakukan kegiatan sosial. Terlepas dari setiap komentar buruk tentang Hijabers, tentunya masih ada hijabers di luar sana yang juga mendapatkan manfaat positif atas kehadiran komunitas yang banyak menuai kritikan ini.
Suasana Pengajian Komunitas HIjabers

Well, Bisa dikatakan Hijabers sudah kenyang dengan berbagai komentar baik dan buruk. Jadi bila anda ingin berkomentar dengan kalimat yang kurang lebih sama dengan kelimat-kalimat tadi, anda andalah orang yang kesekian kalinya. Bisa dipastikan para Hijabers akan tersenyum manis kepada anda. Tentunya tersenyum bukan karena tidak mampu menjawab.

1 komentar:

Baru tahu cerita dibalik komentar Hijabers, keren kak Mut,,

sukakk :D

Posting Komentar